sandiwartanews.com – Harimau Kalimantan (Panthera tigris sondaica), yang kerap disebut sebagai subspesies harimau yang terlupakan, kembali menjadi sorotan para ilmuwan dan pegiat konservasi. Meski belum ada konsensus ilmiah yang menyatakan keberadaannya secara pasti, jejak sejarah, penemuan fosil terbatas, dan cerita masyarakat adat memberikan petunjuk kuat bahwa spesies ini pernah menghuni belantara tropis Kalimantan pada masa lalu.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Subspesies yang Diperdebatkan

Harimau Kalimantan diduga merupakan bagian dari kelompok harimau Sunda, bersama Harimau Sumatera, Harimau Jawa, dan Harimau Bali. Namun, tidak seperti “kerabatnya”, status keberadaan harimau ini masih menjadi bahan diskusi hangat di kalangan ahli zoologi dan paleontologi karena minimnya bukti fosil utuh dan data historis yang solid.

Penelusuran sejarah menunjukkan bahwa harimau ini kemungkinan hidup pada zaman Pleistosen hingga Holosen awal sekitar 12.000 hingga 5.000 tahun lalu sebelum diduga punah akibat kombinasi faktor perubahan lingkungan dan interaksi dengan manusia.

Ukuran Lebih Kecil, Adaptasi Pulau

Dari perbandingan berbagai data, Harimau Kalimantan diperkirakan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan Harimau Sumatera. Panjang tubuhnya antara 2 hingga 2,5 meter dengan berat 75 hingga 100 kilogram. Ini sejalan dengan pola evolusi “insular dwarfism”, di mana spesies besar cenderung mengecil di habitat pulau yang terbatas sumber daya.

Sebagai perbandingan, Harimau Sumatera dapat mencapai 140 kg, Harimau Jawa (punah) antara 100-140 kg, dan Harimau Bali (punah) berkisar 90 kg.

Penemuan Fosil dan Upaya Identifikasi

Upaya pencarian bukti fisik terus dilakukan. Tim peneliti dari Universitas Indonesia bekerja sama dengan lembaga internasional seperti Naturalis Biodiversity Center Belanda menemukan beberapa fragmen tulang dan gigi yang diduga milik Harimau Kalimantan.

Dr. John de Vos dan Dr. Novita Kusuma adalah dua ilmuwan yang aktif menganalisis temuan tersebut. Meskipun fosil yang ditemukan belum cukup untuk menyusun kerangka utuh, analisis morfologi dan konteks geologis lokasi penemuan memberi harapan akan kejelasan identitas harimau misterius ini.

Cerita Rakyat dan Bukti Tak Langsung

Selain bukti arkeologis, sejumlah laporan warga dan narasi lokal turut menjadi bagian penting dari puzzle keberadaan Harimau Kalimantan. Pada tahun 1975, seorang naturalis bernama Dochan Gracy mengklaim melihat harimau di Kalimantan Timur dan mengambil dua foto, meskipun keaslian dokumentasi tersebut masih diperdebatkan.

Sementara pada tahun 1995, warga Kalimantan Tengah mengaku mendengar raungan harimau yang berbeda dari satwa lain. Masyarakat Dayak juga menyimpan banyak kisah lisan dan benda pusaka yang dipercaya berasal dari bagian tubuh harimau, seperti taring dan kulit.

Menurut beberapa ahli antropologi, meskipun belum dapat dikategorikan sebagai bukti ilmiah, cerita rakyat bisa menjadi petunjuk awal yang layak dikaji dalam konteks penelitian ekologi sejarah dan hubungan manusia dengan satwa liar.

Pelajaran Konservasi dari Kepunahan

Penelitian terhadap Harimau Kalimantan memiliki relevansi tinggi untuk konservasi satwa masa kini. Kepunahannya, jika dikonfirmasi mengilustrasikan betapa rapuhnya kelangsungan hidup spesies besar dalam menghadapi perubahan iklim, deforestasi, dan eksploitasi manusia.

Harimau Sumatera yang kini statusnya critically endangered dan kucing besar lain di Kalimantan seperti macan dahan menghadapi ancaman serupa. Studi tentang masa lalu diharapkan dapat memberikan strategi mitigasi yang efektif untuk mencegah hilangnya spesies keanekaragaman hayati lainnya.