Gubernur Jawa Barat Meminta Bupati Atasi Dugaan Kelalaian Medis di Kuningan

Scroll Untuk Lanjut Membaca
@sandiwartanews.coselelengkapnya di www.sandiwartanews.com♬ suara asli – sandiwartanews.com

sandiwartanews.com –  14 Juli 2025 -Kabar duka menyelimuti keluarga Irmawati dari Kuningan. Anaknya yang telah dinanti selama tujuh tahun meninggal dunia saat proses persalinan sesar di sebuah rumah sakit. Dugaan keterlambatan penanganan dari pihak rumah sakit dan dokter menjadi sorotan utama dalam kasus ini. Menanggapi insiden memilukan ini, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menunjukkan keprihatinan mendalam dan meminta tindakan cepat serta tegas dari Bupati Kuningan.”Ini saya bersama Teteh Irmawati dari Kuningan yang kemarin mengalami problem yaitu meninggalnya anak yang dikandungnya pada proses kelahiran melalui sesar di rumah sakit karena diduga keterlambatan penanganan dari dokter dan pelayanan rumah sakit,” ujar Gubernur dalam sebuah pernyataan yang penuh empati. Beliau menegaskan pentingnya akuntabilitas dan pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.

Bupati Diminta Bergerak Cepat, Dinkes Kuningan Didesak Objektif

Sorotan tajam dari Gubernur langsung diarahkan kepada Bupati Kuningan. Dedi Mulyadi secara eksplisit meminta Bupati untuk segera mengambil tindakan yang cepat dan tegas. “Kuningan, ini saya minta Bupati Kuningan segera melakukan tindakan yang cepat dan tegas agar peristiwa ini tidak terulang lagi pengabaian terhadap pasien yang memerlukan pertolongan dalam waktu yang sangat cepat dan segera,” tegasnya. Pesan ini menggarisbawahi urgensi penanganan kasus ini demi menjaga kepercayaan publik terhadap pelayanan kesehatan.

Tidak hanya itu, jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kuningan juga diminta untuk tidak tinggal diam. Gubernur menekankan pentingnya peran komite medik Dinkes untuk bersikap objektif dalam meninjau kasus ini. “Dan saya minta jajaran Dinkes Kabupaten Kuningan juga melakukan langkah-langkah komite mediknya bersikap objektif agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi,” imbuhnya. Objektivitas dalam investigasi diharapkan dapat mengungkap akar permasalahan dan mencegah insiden tragis serupa di kemudian hari.

Perjuangan 7 Tahun Berakhir Tragis, Harapan Baru dari Gubernur

Kisah pilu Irmawati semakin menyayat hati mengingat penantian panjangnya. Anak yang meninggal dunia tersebut merupakan buah hati yang telah dinanti selama tujuh tahun. Suami Irmawati bahkan sempat berkeinginan bertemu dengan calon anaknya saat usia kandungan mencapai tujuh bulan. Tragedi ini menjadi pukulan berat bagi pasangan yang telah lama mendambakan kehadiran seorang anak.

Kasus ini kini telah ditangani oleh kantor pengacara Hotman Paris, sebuah langkah yang diharapkan dapat membawa keadilan bagi keluarga korban. Gubernur Dedi Mulyadi menyatakan dukungannya penuh terhadap proses hukum yang berjalan. “Dan sekarang masalahnya ditangani oleh kantor pengacara mana?  dari Hotman, oh dari pengacara Hotman segera masalahnya segera tertangani,” ungkapnya.

Di tengah duka yang mendalam, Gubernur juga tidak lupa memberikan semangat dan doa bagi Irmawati dan suaminya. “Dan saya doakan Teteh dan Akangnya segera persiapan bikin adik yang baru lagi,” ucapnya, memberikan secercah harapan untuk masa depan yang lebih baik. Pernyataan ini menunjukkan sisi kemanusiaan dan kepedulian seorang pemimpin terhadap rakyatnya yang sedang berduka.

Pentingnya Akuntabilitas dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Medis

Insiden di Kuningan ini sekali lagi menyoroti pentingnya akuntabilitas dalam dunia medis. Setiap pasien berhak mendapatkan pelayanan terbaik, cepat, dan responsif, terutama dalam kondisi gawat darurat. Keterlambatan penanganan dapat berakibat fatal, seperti yang terjadi pada kasus ini. Rumah sakit dan tenaga medis memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan standar pelayanan yang tinggi dan meminimalisir risiko malapraktik.

Pemerintah daerah, dalam hal ini Bupati dan Dinas Kesehatan, memegang peranan krusial dalam pengawasan dan penjaminan kualitas pelayanan kesehatan. Peristiwa ini harus menjadi momentum evaluasi menyeluruh terhadap prosedur operasional standar di rumah sakit, kualifikasi tenaga medis, serta kecepatan respons dalam menangani pasien. Pelatihan berkala, peningkatan fasilitas, dan sistem pengawasan yang ketat perlu diterapkan untuk mencegah terulangnya tragedi serupa.

Publik menaruh harapan besar pada penyelesaian kasus ini. Kejelasan, transparansi, dan tindakan tegas dari pihak berwenang akan menjadi cerminan komitmen pemerintah terhadap perlindungan hak-hak pasien. Kasus Irmawati harus menjadi pelajaran berharga bagi seluruh fasilitas kesehatan di Jawa Barat dan Indonesia, mengingatkan bahwa setiap nyawa memiliki nilai yang tak terhingga dan pelayanan medis harus selalu mengedepankan profesionalisme dan empati. Dengan demikian, kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan dapat terjaga dan ditingkatkan.