Sandiwartanews.comCimahi, 3 Juli 2025 – Sebuah video viral di media sosial yang menyoroti meninggalnya seorang pasien BPJS di RSUD Cibabat Cimahi telah memicu reaksi keras dari Wali Kota Cimahi, Ngatiyana. Menanggapi insiden yang menyita perhatian publik tersebut, Ngatiyana secara tegas meminta seluruh jajaran RSUD Cibabat untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan bekerja dengan profesionalisme tinggi serta dedikasi tulus. Pernyataan ini disampaikan Ngatiyana pada Kamis (3/7/2025), menekankan urgensi perbaikan menyeluruh demi kepuasan masyarakat.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Insiden viral ini bukan hanya sekadar catatan kaki di lini masa media sosial, melainkan sebuah alarm keras yang menuntut perhatian serius terhadap tata kelola dan budaya pelayanan di fasilitas kesehatan milik pemerintah daerah. Kematian seorang pasien adalah sebuah tragedi, namun ketika tragedi itu dikaitkan dengan potensi kelalaian atau kurangnya standar pelayanan, maka implikasinya menjadi lebih luas, mengikis kepercayaan publik terhadap institusi vital seperti rumah sakit. Wali Kota Ngatiyana, dengan sigap menanggapi kegelisahan warga, mengambil langkah cepat untuk memastikan akuntabilitas dan perbaikan.

Profesionalisme dan Pengabdian Tulus: Pilar Pelayanan Kesehatan Publik

Dalam arahannya, Wali Kota Ngatiyana tidak hanya berhenti pada tuntutan perbaikan, tetapi juga merinci prinsip-prinsip dasar yang harus dipegang teguh oleh setiap individu di RSUD Cibabat. Ia menekankan bahwa seluruh pegawai, baik staf organik maupun Aparatur Sipil Negara (ASN), harus menjadikan profesionalisme dan pengabdian tulus sebagai landasan utama dalam setiap tindakan mereka.

“Saya tekankan kepada seluruh struktur organik RSUD Cibabat agar menjalankan tugas dengan tulus dan ikhlas, memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” ujar Ngatiyana dengan nada tegas. Pesan ini menggarisbawahi bahwa pelayanan kesehatan bukanlah sekadar pekerjaan rutin, melainkan sebuah panggilan mulia yang membutuhkan komitmen penuh dan empati terhadap pasien. Setiap sentuhan, setiap interaksi, dan setiap keputusan medis harus berlandaskan pada keinginan kuat untuk memberikan yang terbaik bagi mereka yang membutuhkan.

Ngatiyana juga secara khusus mengimbau para ASN di lingkungan rumah sakit untuk mengimplementasikan Panca Prasetya Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) sebagai pedoman dalam menjalankan tugas. Ini bukan sekadar formalitas birokrasi, melainkan sebuah komitmen moral dan etika yang mendalam. “Sebagai ASN, kita harus mengabdikan diri, mengutamakan kepentingan umum daripada pribadi atau golongan. Itu prinsip dasar yang harus dijalankan agar tenaga medis maupun dokter melayani masyarakat secara optimal,” ucapnya. Penekanan pada pengabdian kepada kepentingan umum ini sangat krusial, mengingat seringkali isu-isu seperti birokrasi yang lamban atau kepentingan pribadi dapat menghambat kualitas pelayanan publik. Wali kota mengingatkan bahwa di lingkungan rumah sakit, prinsip ini secara langsung berdampak pada nyawa dan kesejahteraan pasien.

Evaluasi Menyeluruh: Membongkar Akar Masalah dan Merancang Solusi

Menyadari bahwa tuntutan perbaikan tidak akan efektif tanpa pemahaman mendalam tentang akar masalah, Ngatiyana menyerukan evaluasi menyeluruh terhadap manajemen RSUD Cibabat. Evaluasi ini diharapkan tidak bersifat parsial, melainkan mencakup seluruh spektrum operasional rumah sakit, mulai dari struktur organisasi hingga prosedur pelayanan harian.

“Manajemennya harus dievaluasi, begitu juga struktur dan operasional rumah sakit. Semuanya perlu penyegaran agar tidak menimbulkan kejenuhan dalam bertugas,” kata Ngatiyana. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa masalah yang terjadi mungkin tidak hanya bersumber dari individu, tetapi juga dari sistem dan lingkungan kerja yang ada. Kejenuhan dalam bertugas, misalnya, bisa jadi merupakan indikasi beban kerja berlebih, kurangnya dukungan, atau rutinitas yang monoton yang pada akhirnya menurunkan kualitas pelayanan. Oleh karena itu, evaluasi harus mampu mengidentifikasi titik-titik lemah ini dan merumuskan strategi untuk revitalisasi.

Evaluasi ini diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai kekurangan, baik dari sisi fasilitas maupun sumber daya manusia. Dari sisi fasilitas, mungkin ada kebutuhan untuk perbaikan infrastruktur, penambahan alat medis, atau peningkatan kebersihan dan kenyamanan. Sementara dari sisi sumber daya manusia, evaluasi bisa mengungkap kebutuhan akan pelatihan tambahan, pengembangan keterampilan, atau bahkan restrukturisasi tim untuk mengoptimalkan kinerja. Ngatiyana melihat evaluasi ini sebagai bagian integral dari pembinaan personel dan pengembangan karier. Ini menunjukkan bahwa pendekatan yang diambil bukan semata-mata untuk mencari kesalahan, tetapi lebih kepada upaya konstruktif untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan kapabilitas seluruh jajaran RSUD Cibabat.

“Harapannya, pelayanan terhadap masyarakat bisa lebih maksimal ke depannya,” Ngatiyana menambahkan. Optimisme ini didasari oleh keyakinan bahwa dengan analisis yang akurat dan tindak lanjut yang tepat, RSUD Cibabat dapat bangkit dan kembali meraih kepercayaan masyarakat. Langkah-langkah evaluasi ini, jika dilakukan dengan serius dan transparan, akan menjadi fondasi bagi perbaikan berkelanjutan, memastikan bahwa insiden serupa tidak terulang di masa mendatang, dan setiap pasien mendapatkan pelayanan yang layak serta bermartabat.

Insiden viral ini, meskipun memprihatinkan, menjadi momentum krusial bagi RSUD Cibabat untuk melakukan introspeksi mendalam dan transformasi fundamental. Dengan dukungan penuh dari pemerintah kota dan komitmen seluruh jajaran rumah sakit, diharapkan RSUD Cibabat dapat kembali menjadi garda terdepan pelayanan kesehatan yang andal dan terpercaya bagi masyarakat Cimahi. Kejadian ini juga menjadi pengingat penting bagi seluruh fasilitas kesehatan publik di Indonesia bahwa kualitas pelayanan adalah cerminan langsung dari komitmen pemerintah terhadap kesejahteraan rakyatnya. Bagaimana RSUD Cibabat merespons tantangan ini akan menjadi barometer penting bagi masa depan pelayanannya.