SandiWartaNews.com – Konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang berlangsung selama 12 hari telah menandai babak baru ketegangan di Timur Tengah. Dimulai pada 13 Juni 2025, konflik ini berkembang cepat menjadi pertikaian berskala luas dengan keterlibatan langsung Amerika Serikat dan partisipasi militer dari negara-negara lain seperti Prancis. Eskalasi ini membawa implikasi besar terhadap hubungan internasional dan kebijakan keamanan di kawasan.
Awal Konflik dan Serangan Balasan
Konflik dipicu oleh serangan Israel terhadap fasilitas militer dan nuklir di wilayah Iran, yang ditujukan kepada target strategis dan individu penting dalam program pertahanan dan nuklir Iran. Sebagai balasan, Iran meluncurkan rudal balistik ke berbagai kota di Israel dalam operasi yang dikenal dengan nama “True Promise 3”. Beberapa rudal dilaporkan berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome, dan menyebabkan kerusakan infrastruktur serta korban jiwa, termasuk warga sipil.
Keterlibatan Amerika Serikat dan Intervensi Langsung
Amerika Serikat secara langsung terlibat dalam konflik dengan melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir utama di Iran pada 21 Juni 2025. Serangan ini menggunakan bom penembus bunker GBU-57 atau “Bunker Buster”, yang dijatuhkan dari pesawat pengebom siluman B-2. Pentagon menyatakan operasi ini sebagai salah satu misi udara terbesar setelah peristiwa 11 September.
Iran kemudian merespons dengan menembakkan rudal ke pangkalan militer AS di Qatar. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, serangan ini menunjukkan eskalasi langsung antara kedua negara dan meningkatkan tensi global terhadap potensi konflik yang lebih luas.
Pernyataan Iran dan Penarikan Diri dari IAEA
Usai gencatan senjata diumumkan pada 26 Juni, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei menyampaikan bahwa Israel tidak akan mampu bertahan tanpa dukungan Amerika Serikat. Ia menyebut intervensi militer AS sebagai pengakuan atas kerentanan Israel dalam menghadapi kekuatan Iran.
Sebagai reaksi atas serangan terhadap fasilitas nuklir, Parlemen Iran memutuskan untuk menangguhkan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Langkah ini menuai perhatian komunitas global, karena berpotensi mengaburkan transparansi program nuklir Iran ke depan.
Sensor Media dan Kontrol Informasi di Israel
Pemerintah Israel dilaporkan memperketat sensor terhadap media selama masa konflik. Setiap peliputan mengenai dampak serangan rudal dari Iran harus melalui izin sensor militer, terutama jika menyangkut infrastruktur strategis. Kebijakan ini dinilai sebagai langkah untuk mengontrol narasi publik dan menjaga stabilitas dalam negeri di tengah kecaman internasional terhadap aksi militer.
Meskipun pemerintah menyatakan bahwa sensor dilakukan demi keamanan nasional, sejumlah pengamat menyebutnya sebagai bentuk pembatasan kebebasan pers. Terlebih, pembatasan juga dialami oleh jurnalis asing yang dituding menyuplai materi visual ke media internasional yang telah dilarang beroperasi di Israel.
Tuduhan Penggunaan Amunisi Uranium Terkuras
Dalam laporan terpisah, muncul dugaan bahwa Israel menggunakan amunisi uranium terkuras dalam serangannya terhadap Iran. Jika terbukti, penggunaan jenis amunisi ini akan menjadi sorotan serius mengingat potensi dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Hingga kini, belum ada konfirmasi resmi dari pihak terkait, namun penyelidikan internasional disebut telah dimulai.
Bocoran Sistem Persenjataan Israel
Sementara itu, kelompok peretas yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari Front Dukungan Siber mengklaim telah membocorkan dokumen rahasia militer Israel. Dokumen tersebut memuat informasi tentang dua sistem persenjataan canggih, yakni Hatori X dan Spike LR2. Kedua sistem itu disebut telah digunakan dalam operasi militer terbaru dan pengungkapannya menimbulkan kekhawatiran atas kerentanan sistem keamanan siber di sektor militer.
Keterlibatan Prancis dan Dimensi Internasional Konflik
Konflik ini juga melibatkan Prancis, yang menyatakan keterlibatannya dalam operasi defensif untuk melindungi wilayah Israel dari serangan udara Iran. Menteri Pertahanan Prancis menyatakan bahwa sejumlah jet tempur Rafale berhasil mencegat drone dan rudal balistik yang diluncurkan oleh Iran. Meskipun Prancis tidak terlibat dalam aksi ofensif, partisipasinya mencerminkan eskalasi konflik yang telah menjangkau lingkup multilateral.
Gencatan Senjata dan Masa Depan Kawasan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, pada tanggal 23 Juni 2025mengumumkan bahwa gencatan senjata antara Israel dan Iran. Kesepakatan ini tercapai setelah serangkaian serangan timbal balik dan tekanan internasional yang meningkat. Kendati demikian, kondisi di kawasan tetap belum stabil sepenuhnya, dan banyak pihak menyuarakan pentingnya diplomasi berkelanjutan untuk mencegah pecahnya konflik serupa di masa depan.