sandiwartaNews.com – Jakarta, 21 Juni 2025 – Konflik bersenjata antara Iran dan Israel memasuki hari kedelapan dengan eskalasi yang terus meningkat. Lebih dari 500 korban jiwa dilaporkan meninggal dunia akibat serangan rudal yang dilancarkan kedua belah pihak, sementara kekhawatiran dunia terhadap kemungkinan pecahnya Perang Dunia Ketiga kian menguat.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Iran meluncurkan rudal hipersonik Sijjil yang mampu mencapai Israel dalam waktu 400 detik. Rudal ini disebut-sebut memiliki daya hancur melebihi Fatah 1 dan menjadi simbol kekuatan strategis baru Iran. Di sisi lain, Israel menggunakan sistem pertahanan canggih seperti Iron Dome dan Arrow, namun tidak mampu mencegat seluruh serangan yang masuk. Beberapa rudal dilaporkan jatuh di Tel Aviv, Haifa, Yerusalem, hingga markas militer penting.

Konflik ini melibatkan dua negara utama: Israel dan Iran, serta menciptakan efek domino terhadap negara-negara sekutu masing-masing. Iran dipimpin oleh Ayatullah Ali Khamenei, yang aktif menyuarakan perlawanan melalui media sosial. Dari pihak Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terlihat semakin intensif mendorong keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik.

Serangan dan balasan terjadi di berbagai wilayah strategis kedua negara, termasuk situs nuklir Iran, Tel Aviv, Haifa, hingga daerah sekitar Yerusalem. Dampaknya juga meluas ke wilayah diplomatik global, termasuk respons dari negara-negara Arab, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Amerika Serikat.

Konflik terbaru ini dimulai sejak delapan hari yang lalu, pasca serangan mendadak Israel terhadap markas Garda Revolusi Iran dan fasilitas nuklir di wilayah Iran.

Israel mengklaim bahwa Iran tengah mengembangkan senjata nuklir, meski laporan dari IAEA dan intelijen AS menyatakan belum ada bukti kuat yang mendukung klaim tersebut. Beberapa analis menduga motivasi utama Israel adalah untuk menggulingkan rezim Khamenei dari dalam melalui operasi intelijen jangka panjang.

Respon dunia internasional terbelah. Sejumlah negara Arab, termasuk Arab Saudi melalui pernyataan Muhammad bin Salman, secara terbuka menyatakan dukungan terhadap Iran dan mengkritik serangan Israel. Iran juga merujuk Pasal 51 Piagam PBB sebagai dasar pembalasan atas agresi pertama yang dilakukan oleh Israel.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia belum mengeluarkan pernyataan resmi, namun kekhawatiran atas nasib Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Timur Tengah menjadi perhatian serius.

Irfan Maulana, analis Timur Tengah dalam tayangan Kabar Pagi yang disiarkan melalui TV One menyebut, “Serangan rudal hipersonik Iran tidak hanya menunjukkan perkembangan teknologi militer, tetapi juga mencerminkan keteguhan Iran untuk mempertahankan kedaulatan nasionalnya. Situasi ini rentan memicu keterlibatan negara besar lain.”

Kekhawatiran Warga dan Seruan Perdamaian

Dengan meningkatnya korban sipil dan kerusakan infrastruktur, banyak pihak mendesak gencatan senjata dan dialog diplomatik terbuka. Ketegangan ini, apabila tidak segera dihentikan, berpotensi mengganggu stabilitas kawasan, memicu krisis energi, hingga melumpuhkan ekonomi global.

Rakyat dunia berharap konflik ini tidak menjadi api pemicu perang besar, dan seluruh pihak bersedia menempuh jalur damai melalui perundingan dan mediasi internasional. Keamanan WNI di Timur Tengah serta stabilitas kawasan menjadi prioritas bersama yang tak boleh diabaikan.