Nagekeo – sandiwartanews.com – Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu lumbung garam nasional. Meski Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena kemarau basah pada tahun ini, produksi garam justru melonjak signifikan hingga mencapai 4.500 ton per September 2025.
Lonjakan ini diungkapkan oleh Wahyudi Azhari Rabha, Penyuluh Perikanan Kabupaten Nagekeo. Menurutnya, permintaan pasar pun terus berdatangan, bahkan dari perusahaan besar lintas daerah.
“Banyak pembeli garam yang menghubungi kami. Produksi petambak Nagekeo kini jadi incaran perusahaan pengepul dari berbagai daerah,” ujar Wahyudi kepada sandiwartanews.com, Minggu (28/9/2025).
Sejumlah perusahaan nasional telah datang langsung ke lokasi tambak, di antaranya PT Susanti Megah (produsen Garam Cap Kapal) dan PT Sukses Citra Pangan asal Palembang. Ribuan ton garam dikemas dalam puluhan kontainer lalu dikirim melalui Surabaya, dengan sentra produksi terbesar berada di Desa Tonggurambang dan Kelurahan Mbay II, Kecamatan Aesesa.
Kehadiran pembeli besar tersebut memberi napas baru bagi perekonomian warga. Para petambak lokal merasakan adanya peningkatan penghasilan berkat serapan pasar yang lebih luas.
“Perekonomian masyarakat meningkat, terutama di kalangan petambak garam. Mereka kini lebih mudah menjual hasil panen,” tambah Wahyudi.
Namun, euforia itu tak sepenuhnya mulus. Petambak masih mengeluhkan harga jual garam yang rendah, berkisar Rp800–Rp1.000 per kilogram. Meski demikian, mereka tetap bersyukur asalkan hasil produksi cepat terserap pasar.
Harapan Petambak Lokal
Yusuf, salah satu petambak di Desa Tonggurambang, berharap pola pembelian oleh perusahaan besar bisa berkelanjutan.
“Kami ingin agar perusahaan pengepul terus membeli dari Nagekeo. Selama ada kepastian pasar, kami bisa lebih tenang menggarap tambak,” ungkapnya.
Tantangan Distribusi
Di sisi lain, pihak perusahaan juga menghadapi kendala biaya distribusi. Jarak pengiriman dari Nagekeo menuju Surabaya cukup jauh, membuat ongkos logistik membengkak. Meski demikian, permintaan pasar terhadap garam Nagekeo yang dikenal berkualitas tinggi diyakini mampu menjaga gairah usaha di sektor ini.
Dengan capaian produksi 4.500 ton hanya dalam sembilan bulan, Nagekeo tidak hanya memperkuat posisinya di peta industri garam nasional, tetapi juga membuka peluang besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.