sandiwartanews.com – Keindahan alam Indonesia tidak hanya memikat lewat pesona pantai dan hutan tropisnya, tetapi juga lewat jajaran pegunungan yang menjulang megah, menawarkan panorama yang memukau sekaligus tantangan tersendiri bagi para pendaki. Namun, di balik keindahannya, sejumlah gunung di Pulau Jawa juga dikenal memiliki kisah-kisah mistis yang hingga kini masih dipercayai oleh sebagian masyarakat.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Beragam cerita turun-temurun, pengalaman pendaki, serta keyakinan adat menjadi bagian dari narasi budaya yang hidup berdampingan dengan kegiatan wisata alam dan pendakian. Narasi ini bukan semata-mata untuk menakuti, melainkan mencerminkan nilai-nilai penghormatan terhadap alam dan dimensi spiritual yang diyakini oleh masyarakat setempat.

Gunung Ciremai: Misteri di Titik Tertinggi Jawa Barat

Terletak di perbatasan Kuningan dan Majalengka, Gunung Ciremai (3.078 mdpl) adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Di balik popularitasnya sebagai destinasi pendakian, Ciremai menyimpan kisah lokal tentang sosok-sosok gaib seperti Nyilinggi dan Nini Pelet. Kawasan Batu Lingga dan Pos Kuburan Kuda kerap dikaitkan dengan pengalaman mistis, termasuk suara-suara aneh yang dilaporkan oleh sejumlah pendaki.

Gunung Slamet: Legenda Kerajaan Gaib di Puncak Tertinggi Jateng

Gunung Slamet (3.428 mdpl), yang membentang di lima kabupaten di Jawa Tengah, memiliki daya tarik alam yang luar biasa. Namun, kawasan Pos Samarantu di jalur Bambangan dikenal dalam cerita lokal sebagai salah satu titik paling angker. Konon, puncak Slamet dipercaya sebagai pusat peradaban makhluk tak kasat mata, dan mitos menyebutkan jika gunung ini meletus besar, Pulau Jawa bisa terbelah.

Gunung Semeru: Puncak Mahameru dan Cerita Spiritual

Sebagai gunung tertinggi di Pulau Jawa (3.676 mdpl), Gunung Semeru memiliki nilai spiritual tinggi. Puncaknya, Mahameru, dianggap sakral dalam kepercayaan masyarakat Hindu dan Jawa. Beberapa lokasi seperti Arcopodo, Ranu Kumbolo, dan Jembatan Merah dipercaya memiliki penjaga alam tak kasat mata. Insiden pendaki yang hilang atau meninggal turut memperkuat kehati-hatian dalam mendaki gunung ini.

Gunung Kawi: Antara Tradisi Ziarah dan Kepercayaan Pesugihan

Gunung Kawi di perbatasan Blitar dan Malang dikenal bukan hanya karena lanskapnya, tetapi juga karena kisah spiritual yang melekat. Kawasan ini kerap dijadikan tempat berziarah atau menjalankan ritual tertentu. Dalam narasi lokal, Gunung Kawi diasosiasikan dengan praktik pesugihan, yang masih menjadi perdebatan di ruang publik antara nilai budaya dan potensi penyimpangan spiritual.

Gunung Lawu: Tempat Ziarah dan Jejak Moksa

Terletak di perbatasan Karanganyar dan Magetan, Gunung Lawu (3.265 mdpl) dikenal sebagai tempat ziarah spiritual, terutama saat bulan Suro. Konon, Prabu Brawijaya V melakukan moksa di gunung ini. Selain daya tarik mistis, Lawu juga dikenal dengan Pasar Dieng—pasar tak kasat mata yang dikisahkan dalam berbagai pengalaman pendaki.

Gunung Arjuno: Jalur Berat dan Cerita dari Hutan Lali Jiwo

Gunung Arjuno (3.339 mdpl) dikenal sebagai salah satu gunung dengan jalur pendakian yang menantang. Kawasan Alas Lali Jiwo menjadi titik yang kerap dikaitkan dengan gangguan mistis. Beberapa lokasi juga menjadi tempat bertapa atau dipercaya sebagai situs spiritual oleh masyarakat sekitar.

Gunung Salak: Tragedi dan Aura Mistis di Hutan Rimba

Gunung Salak (2.211 mdpl), yang berada di perbatasan Bogor dan Sukabumi, menyimpan banyak kisah spiritual. Aura mistis yang dirasakan pendaki tak jarang dikaitkan dengan keberadaan “perkampungan tak kasat mata” atau “kerajaan gaib”. Tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 tahun 2012 silam menambah daftar peristiwa tragis di kawasan ini.

Antara Cerita Mistis dan Tanggung Jawab Sosial

Fenomena kepercayaan terhadap “keangkeran” gunung di Jawa merefleksikan bagaimana masyarakat setempat memaknai alam, bukan hanya sebagai ruang fisik, tetapi juga sebagai ruang spiritual yang patut dihormati. Dalam konteks jurnalistik, narasi ini disampaikan dengan prinsip keberimbangan dan kehati-hatian agar tidak menciptakan stigma, tetapi justru mendorong apresiasi terhadap kearifan lokal.

Bagi para pendaki dan wisatawan, penting untuk menghormati aturan setempat, menjaga etika saat berada di alam terbuka, serta selalu memprioritaskan keselamatan dan persiapan matang sebelum melakukan pendakian.