Bangli — Sandiwartanews.com – Semangat kebersamaan kembali menjadi kekuatan utama masyarakat Banjar Tinga, Desa Sekardadi, Kecamatan Kintamani, ketika longsor menutup salah satu jalan usaha tani di wilayah Pondokan. Peristiwa yang terjadi pada Kamis, 11 Desember 2025 itu langsung ditangani secara gotong royong oleh Bhabinkamtibmas Desa Sekardadi Aiptu Gusti Made Asih Suartika, S.H., Kepala Dusun Tinga I Wayan Supriadi, S.Pd., serta warga setempat yang bergerak cepat demi memulihkan akses vital tersebut.
Longsor sepanjang kurang lebih lima meter itu dipicu oleh curah hujan tinggi yang mengguyur kawasan Kintamani selama beberapa hari. Kondisi tanah yang labil membuat dinding tebing di sisi jalan usaha tani melorot, menimbun jalur yang sehari-hari digunakan petani untuk menuju lahan garapan mereka. Timbunan lumpur yang cukup tebal sempat membuat aktivitas keluar–masuk lahan pertanian terhenti total.
Meskipun skala longsor terbilang kecil dibanding bencana besar yang pernah terjadi di wilayah perbukitan, dampaknya langsung dirasakan warga. Jalan tersebut merupakan akses utama para petani mengangkut bibit, pupuk, serta hasil panen. Kendaraan tak lagi bisa melintas, dan warga yang hendak menuju lahan harus memutar jauh melewati jalur alternatif yang lebih terjal dan berisiko.
Menanggapi situasi itu, Bhabinkamtibmas Desa Sekardadi langsung berkoordinasi dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat. Tanpa menunggu instruksi lebih lanjut dari pihak kabupaten, Bhabinkamtibmas dan warga sepakat untuk melakukan penanganan darurat dengan kekuatan gotong royong.
Pagi itu, puluhan warga membawa alat seadanya: cangkul, sekop, ember, serta alat dorong. Mereka bergantian mengangkut material tanah dan lumpur yang menimbun jalur. Cuaca sempat mendung, namun hal itu tak mengurangi semangat warga untuk menormalkan kembali akses usaha tani.
Gerak Cepat Aparat dan Warga
Aiptu Gusti Made Asih Suartika menjelaskan bahwa langkah cepat ini menjadi penting untuk memastikan tidak terjadinya gangguan berkelanjutan terhadap aktivitas warga.
“Penanganan cepat ini dilakukan agar akses menuju lahan pertanian kembali normal. Sinergi antara warga dan aparat sangat penting untuk percepatan pemulihan. Tidak semua urusan harus menunggu bantuan besar, karena ketika masyarakat kompak, penyelesaian bisa berjalan lebih cepat,” ujar Aiptu Gusti.
Ia menambahkan bahwa keberadaan jalan usaha tani bukan hanya memudahkan petani, tetapi juga mendukung stabilitas ekonomi desa. Jika akses tertutup terlalu lama, risiko kerugian meningkat, terutama bagi warga yang tengah memasuki masa panen.
Sementara itu, Kepala Dusun Tinga I Wayan Supriadi menekankan bahwa antusiasme warga menjadi kunci keberhasilan pembersihan material longsor.
“Partisipasi masyarakat luar biasa. Dengan kerja sama yang baik, tumpukan tanah yang awalnya menutupi jalur dapat dibersihkan sebelum sore hari. Semua bergerak dengan kesadaran penuh. Ini bukti bahwa gotong royong masih menjadi kekuatan terbesar yang kita miliki,” ungkapnya.
Menurut Supriadi, warga datang secara sukarela tanpa diminta berulang kali. Bahkan beberapa petani menunda aktivitas di lahan mereka demi membantu pembukaan akses ini. Baginya, tindakan tersebut mencerminkan kepekaan sosial yang selama ini terjaga kuat di Banjar Tinga.
Apresiasi dari Pimpinan Polsek
Dari sisi kepolisian, Kapolsek Kintamani Kompol Made Dwi Puja R., S.H., M.H., menyampaikan apresiasi atas dedikasi dan kerja cepat jajaran Bhabinkamtibmas bersama warga.
“Kami berterima kasih kepada Bhabinkamtibmas dan warga yang bergerak bersama. Sinergi seperti ini sangat penting, terutama di wilayah rawan bencana. Respons dini dan kompak seperti ini dapat mencegah gangguan yang lebih besar terhadap aktivitas masyarakat,” tegasnya.
Kapolsek juga mengingatkan bahwa kawasan Kintamani memang kerap mengalami curah hujan tinggi yang berpotensi menimbulkan longsor, terutama pada jalur-jalur tanah dan tebing yang belum memiliki struktur penguat. Oleh karena itu, ia mendorong seluruh desa di wilayah rawan agar meningkatkan kewaspadaan dan rutin melakukan pengecekan titik-titik rawan.
Setelah beberapa jam bergotong royong, jalur yang sebelumnya tertutup tebalnya material longsor akhirnya kembali terbuka. Jalan dapat kembali dilalui baik oleh pejalan kaki maupun kendaraan roda dua yang membawa peralatan pertanian. Pemulihan akses itu mengembalikan alur aktivitas warga, termasuk pengangkutan hasil pertanian yang sempat tertunda.
Beberapa petani yang melintas setelah jalur selesai dibersihkan memberikan apresiasi kepada Bhabinkamtibmas dan warga yang turun langsung. Mereka mengaku terbantu karena jalur alternatif yang tersedia selama longsor berlangsung cukup jauh dan melelahkan.
Situasi saat ini sudah kembali aman, meski warga diimbau tetap waspada. Kondisi tanah yang masih basah akibat hujan membuat potensi longsor susulan tetap ada, meski skala kecil.
Gotong Royong sebagai Identitas
Peristiwa di Banjar Tinga ini kembali menunjukkan bagaimana gotong royong memainkan peran penting dalam penanganan bencana skala desa. Tanpa menunggu bantuan eksternal, masyarakat bergerak bersama menyelesaikan persoalan yang berdampak langsung pada aktivitas harian mereka.
Dalam berbagai kesempatan, aparat keamanan dan pemerintah daerah terus mengingatkan bahwa penanganan bencana bukan hanya tanggung jawab aparat atau pemerintah, tetapi seluruh komponen masyarakat. Kolaborasi yang terbangun di lapangan menjadi contoh positif bagaimana solidaritas menjadi fondasi kuat penyelesaian masalah publik.
Warga berharap pemerintah desa bersama pihak terkait dapat memperkuat penanganan jangka panjang, misalnya dengan memasang bronjong atau vegetasi penguat lereng untuk mengurangi potensi longsor saat musim hujan. Mereka juga berharap adanya pengecekan berkala pada tebing-tebing yang berada dekat jalur pertanian.
Selain itu, warga berharap sinergi antara aparat keamanan, perangkat desa, dan masyarakat tetap dijaga, tidak hanya saat bencana terjadi tetapi juga dalam upaya pencegahan.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa kekuatan terbesar sebuah desa bukan hanya pada kelengkapan fasilitasnya, tetapi pada kebersamaan warganya dalam menghadapi tantangan. Dengan bergandengan tangan, jalan yang tertutup bisa kembali terbuka, dan harapan pun terus mengalir di Banjar Tinga.




