sandiwartaNews.com – Dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat akar rumput dan memperluas manfaat pariwisata ke seluruh penjuru Nusantara, pemerintah Indonesia menerapkan klasifikasi empat tingkatan desa wisata. Model ini dirancang untuk memetakan capaian, kebutuhan, dan arah pengembangan setiap desa wisata secara lebih terstruktur dan terukur.
Empat tingkatan tersebut meliputi: Desa Wisata Rintisan, Desa Wisata Berkembang, Desa Wisata Maju, dan Desa Wisata Mandiri. Masing-masing kategori memiliki karakteristik, tantangan, dan strategi pengembangan yang berbeda, sehingga memerlukan pendekatan yang disesuaikan berdasarkan kondisi lokal dan kapasitas masyarakat.
Desa Wisata Rintisan: Tahap Fondasi dan Potensi Awal
Pada tahap rintisan, desa baru mulai menyadari potensi pariwisatanya. Fasilitas dan sarana pendukung wisata masih terbatas, dan kunjungan wisatawan umumnya berasal dari masyarakat sekitar. Kesadaran masyarakat terhadap potensi ekonomi dari pariwisata juga masih rendah.
Desa dalam klasifikasi ini sangat membutuhkan pendampingan intensif dari pemerintah, perguruan tinggi, atau mitra swasta, serta pemanfaatan dana desa untuk membangun infrastruktur dasar dan meningkatkan literasi pariwisata.
Desa Wisata Berkembang: Meningkatnya Daya Tarik dan Aktivitas Ekonomi
Desa pada tingkatan berkembang sudah mulai dikenal oleh wisatawan luar daerah. Infrastruktur pendukung mulai dibangun dan aktivitas ekonomi mulai tumbuh, terutama yang terkait langsung dengan layanan wisata, seperti penginapan, kuliner lokal, dan kerajinan tangan.
Tingkat ini mencerminkan transisi dari potensi ke realisasi. Tantangan utamanya adalah memperkuat kapasitas masyarakat dalam layanan wisata dan memperluas promosi agar desa semakin dikenal.
Desa Wisata Maju: Kemandirian dan Daya Saing
Pada tahap ini, masyarakat sudah sadar penuh akan potensi pariwisata dan telah memiliki struktur pengelolaan melalui Pokdarwis atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Desa wisata maju biasanya telah memiliki kunjungan rutin dari wisatawan, termasuk wisatawan mancanegara.
Fasilitas publik dan aksesibilitas membaik, serta dampak ekonomi mulai terasa secara signifikan melalui peningkatan pendapatan warga dan pendapatan asli desa. Fokus utama pada tahapan ini adalah meningkatkan kualitas layanan dan menciptakan pengalaman wisata yang berkelanjutan.
Desa Wisata Mandiri: Inovasi dan Keberlanjutan Berstandar Global
Merupakan tingkatan tertinggi dalam klasifikasi desa wisata. Desa sudah mampu berinovasi, menciptakan produk wisata baru, dan menjalankan unit kewirausahaan mandiri. Sarana dan prasarana memenuhi standar nasional atau ASEAN, dan aktivitas ekonomi lokal, seperti industri kecil menengah (IKM), tumbuh secara signifikan.
Pengelolaan wisata pada tahap ini tidak hanya ditujukan untuk menarik wisatawan, tetapi juga berkomitmen pada prinsip keberlanjutan lingkungan, pelestarian budaya, dan inklusi sosial.
Pemanfaatan Dana Desa: Instrumen Penting dalam Setiap Tahapan
Dana desa memainkan peran penting dalam mendukung pengembangan desa wisata. Pada tahap rintisan, dana dapat digunakan untuk membangun infrastruktur dasar. Pada tahap berkembang dan maju, dana desa bisa difokuskan untuk pelatihan, promosi, dan peningkatan kualitas layanan. Sedangkan di tahap mandiri, dana desa mendukung inovasi dan diversifikasi produk wisata.
Kolaborasi Multisektor: Kunci Keberhasilan Pengembangan
Pengembangan desa wisata yang efektif tidak bisa dilakukan secara parsial. Dibutuhkan pendekatan kolaboratif yang melibatkan pemerintah, komunitas lokal, sektor swasta, akademisi, dan media. Pendekatan ini dikenal dengan istilah model Pentahelix, yang menekankan sinergi antar-pemangku kepentingan.
Dampak Sosial-Ekonomi dan Budaya
Lebih dari sekadar destinasi, desa wisata menciptakan multiplier effect yang kuat bagi perekonomian lokal. Mulai dari terciptanya lapangan kerja, promosi produk lokal, hingga peningkatan pendapatan rumah tangga di pedesaan. Dalam jangka panjang, desa wisata juga mendorong pelestarian budaya, pembangunan berkelanjutan, dan penguatan jati diri masyarakat.
Dengan pemetaan yang tepat berdasarkan klasifikasi ini, pemerintah dan masyarakat dapat merancang strategi pengembangan pariwisata desa yang lebih tepat sasaran. Keberhasilan pengembangan desa wisata bukan hanya diukur dari jumlah wisatawan, tetapi dari sejauh mana desa mampu mandiri, lestari, dan menyejahterakan warganya.