Sandiwartanews.com – KUNINGAN, Jabar – Barisan Incu Putu Pangauban Cisanggarung (BIPP) merayakan delapan tahun kiprahnya dalam menjaga lingkungan dan melestarikan budaya lokal dengan menggelar acara Hajat Ageung Sawindu pada Senin, 11 Agustus 2025. Bertempat di Gedung El-Zeroun, Mayang Catering, acara ini mengusung tema “Suci ing Pamrih Rancage Gawe,” yang mencerminkan semangat tulus dan kerja keras dalam melestarikan warisan leluhur.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si. Dalam sambutannya, Bupati Dian memberikan apresiasi tinggi atas konsistensi Pangauban Cisanggarung dalam menjaga nilai-nilai luhur Sunda dan kelestarian alam. Beliau menegaskan bahwa di tengah derasnya arus modernisasi, keberadaan Pangauban Cisanggarung menjadi contoh nyata bahwa tradisi dan kearifan lokal tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga berkembang dan menginspirasi banyak pihak.

Pangauban, dalam makna budaya Sunda, bukan sekadar sebuah wilayah fisik. Lebih dari itu, Pangauban adalah “rumah batin” di mana masyarakat hidup, tumbuh, dan saling menjaga satu sama lain. Ia berfungsi sebagai pagar yang melindungi tidak hanya fisik, tetapi juga jiwa dan spiritualitas. Pangauban Cisanggarung telah membuktikan bahwa “ngajaga lembur” atau menjaga kampung halaman adalah sebuah ibadah sosial dan warisan luhur yang harus terus dilestarikan.

Bupati Dian mengutip pepatah Sunda yang relevan, “Gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang dirusak, lemah cai kudu dijaga.” Pepatah ini mengandung ajaran moral bahwa manusia harus hidup berdampingan secara harmonis dengan alam. Lingkungan tidak boleh dirusak karena manusia terikat pada alam, tunduk, dan patuh pada kuasa Tuhan. Ia bahkan menganalogikan aliran sungai yang selalu mengalir dari atas ke bawah sebagai cerminan kerendahan hati atau “handap ashor” yang seharusnya dimiliki setiap manusia

Hajat Ageung Sawindu ini bukan hanya perayaan, melainkan sebuah penegasan komitmen. Acara ini menjadi momentum untuk memperkuat kembali semangat menjaga lingkungan dan budaya di kalangan anggota Pangauban Cisanggarung dan masyarakat luas. Di tengah isu-isu lingkungan seperti perubahan iklim dan kerusakan alam, langkah-langkah nyata yang diambil oleh Pangauban Cisanggarung menjadi sangat relevan. Mereka tidak hanya berteori, tetapi secara aktif menerapkan praktik pengelolaan wilayah berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berkelanjutan.

Lembaga Barisan Incu Putu Pangauban (BIPP) sendiri didirikan pada tahun 2009 sebagai wadah kolektif untuk komunitas antar-Pangauban, termasuk Cisanggarung. Tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan dan mengembangkan praktik Pantajala—sebuah konsep pengelolaan wilayah berbasis DAS yang berkelanjutan. Inisiatif ini menunjukkan adanya kesadaran kolektif yang terorganisasi untuk menjaga keberlangsungan lingkungan secara terstruktur.

Di akhir sambutannya, Bupati Dian berharap semangat dan keteladanan yang ditunjukkan oleh BIPP Pangauban Cisanggarung bisa menular ke seluruh lapisan masyarakat Kuningan. Beliau mengibaratkan semangat ini seperti aliran Sungai Cisanggarung itu sendiri yang mengalir terus menerus, memberikan inspirasi bagi siapapun yang ingin membangun lingkungan dan budaya secara berkelanjutan, baik di dalam maupun di luar Kuningan. Keberhasilan mereka dalam memadukan pelestarian alam dan budaya adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal dapat menjadi solusi modern.

Acara Hajat Ageung Sawindu ini menandai delapan tahun perjalanan Pangauban Cisanggarung yang penuh dedikasi. Dengan semangat “Suci ing Pamrih Rancage Gawe,” mereka terus berupaya menjadi penjaga kelestarian lingkungan dan budaya, memastikan warisan berharga ini tetap hidup untuk generasi mendatang.