Sandiwartanews.com – GOME, KABUPATEN PUNCAK – Langit abu-abu menggantung rendah di atas tanah pegunungan Papua, namun semangat para prajurit Satgas Yonif 700/Wira Yudha Cakti tetap membara tak tergoyahkan. Di tengah cuaca yang mendung dan tantangan alam yang kerap tak terduga, mereka melangkah gagah, bukan untuk menghadapi musuh dalam pertempuran, melainkan untuk merangkul dan membantu masyarakat. Tujuan mereka kali ini? Membangun kembali sebuah honai, struktur adat yang menjadi jantung kehidupan masyarakat setempat. Momen penuh makna ini terjadi pada 28 Juni, di Kampung Gome, Distrik Gome, Kabupaten Puncak.
Melalui Pos Gome, Satgas Yonif 700/WYC melaksanakan kegiatan Bhakti TNI yang bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah misi kemanusiaan yang mendalam. Mereka bergotong royong membantu membangun Honai milik Bapak Pindanius Tabuni, seorang tokoh masyarakat yang dihormati dan menjadi simbol kehormatan adat di kampungnya. Kehadiran TNI di sini bukan sebagai pasukan asing, melainkan sebagai bagian tak terpisahkan dari denyut nadi kehidupan masyarakat.

Di tengah rerumputan basah dan lembah yang senyap, terlihat pemandangan yang mengharukan: prajurit berseragam loreng hijau, bahu-membahu bersama warga. Mereka tak hanya menenteng senjata yang merupakan simbol tugas utama mereka, tetapi juga mengangkat rumpun alang-alang, naik ke atap yang curam, menyusun jerami dengan teliti, dan menata ulang kebesaran budaya Papua yang terwujud dalam setiap detail honai. Dipimpin oleh Sertu Ismail, para personel Satgas bergerak lincah dan cekatan, bukan dalam formasi tempur yang teratur, tetapi dalam formasi kemanusiaan yang penuh kehangatan dan kekeluargaan.
“Honai bukan sekadar rumah tempat tinggal; ini adalah jantung budaya kami. Ini adalah warisan bangsa yang tak ternilai, dan kami bangga bisa membantu menjaganya,” ujar Sertu Ismail, penuh semangat di sela-sela aktivitasnya membawa jerami ke atas atap. Kata-katanya mencerminkan pemahaman mendalam tentang pentingnya pelestarian budaya lokal, sebuah misi yang kini diemban oleh para prajurit TNI.
Kegiatan pembangunan honai ini bukan hanya pembangunan fisik semata, melainkan sebuah simbol kehadiran negara yang menyatu dalam denyut nadi masyarakat. TNI hadir bukan sebagai penonton atau pengamat dari kejauhan, tetapi sebagai pelaku aktif dalam pelestarian adat dan budaya. Mereka menunjukkan bahwa tugas mereka melampaui batas-batas pertahanan dan keamanan; mereka juga adalah penjaga nilai-nilai luhur bangsa.
Danpos Gome, Lettu Inf Na’im Aryo, turut mengungkapkan makna mendalam dari kegiatan ini dengan nada penuh keyakinan: “Inilah esensi kehadiran kami di sini. Menjadi bagian dari masyarakat, membantu dari hal terkecil. Membangun honai berarti membangun jembatan hati antara prajurit dan rakyat. Dan bagi kami, itu jauh lebih penting dari sekadar tugas militer.” Pernyataan ini menegaskan komitmen TNI untuk membangun hubungan yang kuat dan harmonis dengan masyarakat, berlandaskan rasa saling percaya dan kepedulian.
Sementara itu, pemilik honai, Bapak Pindanius Tabuni, tak mampu menyembunyikan rasa haru dan syukur yang mendalam. Suaranya terdengar bergetar menahan emosi saat menyampaikan rasa terima kasihnya: “Saya sangat bersyukur atas bantuan yang diberikan. Honai ini bukan cuma tempat tinggal, tapi tempat kami bercerita, berkumpul, dan menjaga adat istiadat leluhur kami. TNI sudah seperti saudara sendiri, datang membantu tanpa pamrih dan dengan ketulusan hati. Tuhan memberkati kalian semua.” Kata-kata Bapak Pindanius ini menggambarkan betapa eratnya ikatan yang terjalin antara TNI dan masyarakat setempat, sebuah ikatan yang dibangun di atas dasar gotong royong dan kepedulian tulus.
Di bawah langit Gome yang kadang kelabu namun penuh harapan, sebuah honai kini berdiri kokoh. Honai itu bukan hanya terbuat dari batang kayu dan jerami kering, tetapi dari cinta, gotong royong, dan penghormatan yang mendalam terhadap warisan leluhur. Dan di baliknya, berdiri tegap para prajurit Yonif 700/Wira Yudha Cakti, bukan hanya sebagai penjaga negeri dari ancaman, melainkan juga sebagai pelindung adat dan budaya, serta penjaga hati rakyat Papua.
Kehadiran Satgas TNI di Papua seperti ini memberikan pesan kuat bahwa pembangunan di daerah terpencil tidak hanya tentang infrastruktur modern, tetapi juga tentang pemeliharaan nilai-nilai lokal yang menjadi fondasi identitas suatu bangsa. Kisah pembangunan honai ini adalah bukti nyata bagaimana militer dapat berperan dalam pembangunan komunitas, menumbuhkan rasa persatuan, dan memperkuat ikatan antara prajurit dan rakyat. Ini adalah potret nyata dari TNI Manunggal dengan Rakyat, sebuah filosofi yang terus dihidupkan dan diamalkan di setiap sudut negeri.
Autentikasi: Pen Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 700 Wira Yudha Cakti