SandiWartaNews.com – Pemerintah Indonesia terus mendorong penguatan industri pertahanan nasional guna mewujudkan kemandirian alat utama sistem persenjataan (alutsista). PT Dahana dan PT PAL Indonesia, dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) strategis, menjadi bagian penting dari upaya ini dengan peran aktif dalam pengembangan teknologi dan produksi alutsista di dalam negeri.
Kemandirian pertahanan menjadi isu strategis sejak Indonesia mengalami embargo militer di masa lalu. Saat itu, meskipun memiliki dana untuk membeli persenjataan, akses terhadap alutsista dibatasi oleh kepentingan politik negara lain. Pengalaman tersebut menjadi pelajaran berharga yang kini melandasi kebijakan pembangunan industri pertahanan nasional secara menyeluruh.
PT Dahana dan PT PAL: Penopang Produksi Alutsista Nasional
PT Dahana berperan sebagai produsen bahan peledak yang dibutuhkan untuk keperluan militer dan pertahanan. Perusahaan ini mendukung penyediaan komponen penting dalam amunisi nasional dan terus mengembangkan teknologi berbasis kebutuhan dalam negeri.
Sementara itu, PT PAL Indonesia yang berbasis di Surabaya memiliki fokus pada pembangunan kapal perang dan kapal pendukung lainnya. Salah satu proyek unggulan yang tengah dikerjakan adalah Frigat Merah Putih, yang mengedepankan transfer teknologi dan penguatan sumber daya manusia (SDM) Indonesia melalui kerja sama dengan mitra internasional.
Proyek ini tidak hanya bertujuan memproduksi alutsista secara mandiri, tetapi juga membangun kemandirian teknologi dalam jangka panjang.
Komitmen Pemerintah: Bangun Pertahanan dari Dalam Negeri
Kepala Biro Perencanaan Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang, menyatakan bahwa pemerintah berkomitmen untuk terus memperkuat postur pertahanan nasional melalui pembangunan dan modernisasi alutsista berbasis industri dalam negeri.
Menurutnya, Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Pertahanan Safri Samsudin menekankan pentingnya memanfaatkan kemampuan nasional dalam memenuhi kebutuhan pertahanan, tanpa lagi bergantung pada pasokan luar negeri yang rawan tekanan geopolitik.
“Penguatan industri pertahanan adalah bentuk perjuangan kedaulatan. Kita ingin memastikan bahwa alat-alat yang digunakan TNI berasal dari hasil karya anak bangsa,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Fokus pada TKDN dan Transfer Teknologi
Salah satu strategi utama yang diimplementasikan pemerintah adalah peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada setiap proyek pertahanan. TKDN menjadi indikator penting untuk mengukur sejauh mana industri lokal terlibat dalam proses produksi, dari hulu hingga hilir.
Selain itu, skema transfer teknologi terus didorong melalui kerja sama dengan negara mitra. Dalam proyek strategis seperti Frigat Merah Putih, pengiriman tenaga ahli Indonesia ke luar negeri dilakukan untuk memperkuat kapasitas SDM nasional. Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh kemudian diterapkan di dalam negeri guna mempercepat alih teknologi dan memperluas kemandirian.
Tantangan dan Arah Masa Depan
Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah menjaga agar industri pertahanan nasional tidak hanya berorientasi pada keuntungan komersial, melainkan juga menjunjung tinggi fungsi strategis dalam menjaga kedaulatan negara.
Ke depan, pemerintah menargetkan agar dalam lima hingga dua puluh tahun mendatang, Indonesia dapat membangun alutsista secara mandiri, baik dari sisi perakitan, inovasi, hingga penguasaan teknologi tingkat tinggi. Hal ini diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat dan tangguh dalam menghadapi dinamika geopolitik global.
Kemandirian alutsista bukan hanya simbol kekuatan militer, tetapi juga cerminan dari kemampuan bangsa untuk berdiri di atas kaki sendiri. PT Dahana dan PT PAL Indonesia menunjukkan bahwa dengan dukungan kebijakan yang tepat, investasi SDM, dan komitmen bersama, Indonesia berada di jalur yang benar menuju kedaulatan pertahanan yang utuh dan berkelanjutan.