sandiwartanews.com Kuningan, Jawa Barat – Kabupaten Kuningan kembali menunjukkan perannya yang strategis dalam kancah ketahanan pangan nasional. Pada Selasa, 22 Juli 2025, Bumi Paracage tersebut dipercaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Sosialisasi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2025 tentang Pendayagunaan Penyuluh Pertanian dalam Percepatan Swasembada Pangan secara nasional. Acara bergengsi ini digagas oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Republik Indonesia, bertempat di lantai 3 Gedung Pemerintah Kabupaten Kuningan, komplek Kuningan Islamic Centre, Winduherang.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Inpres No. 3 Tahun 2025 Mengokohkan Peran Penyuluh Sebagai Pilar Ketahanan Pangan

Sosialisasi Inpres No. 3 Tahun 2025 menjadi sorotan utama dalam upaya pemerintah mengakselerasi swasembada pangan. Inpres ini menandai komitmen serius pemerintah pusat untuk memperkuat peran vital penyuluh pertanian, yang selama ini menjadi ujung tombak di lapangan. Mereka adalah jembatan antara inovasi teknologi pertanian dengan praktik di tingkat petani, memastikan pengetahuan dan keterampilan baru dapat diaplikasikan secara efektif.

Pertemuan penting ini diselenggarakan secara hybrid, mengoptimalkan jangkauan dan partisipasi. Ratusan penyuluh pertanian dari Sabang hingga Merauke berpartisipasi melalui platform zoom, menunjukkan antusiasme dan komitmen mereka terhadap peningkatan kapasitas. Sementara itu, secara tatap muka, para penyuluh pertanian dari empat wilayah di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kota Cirebon, dan Kabupaten Cirebon, turut hadir memenuhi ruangan, berinteraksi langsung, dan menyerap setiap informasi yang disampaikan. Format hybrid ini memastikan sosialisasi dapat menjangkau seluruh pelosok negeri, sekaligus memfasilitasi diskusi mendalam di tingkat regional.

Semangat Bupati Kuningan Penyuluh, Nadi Petani dan Pahlawan Ketahanan Pangan

Suasana sosialisasi terasa kian bersemangat dengan kehadiran dan sambutan hangat dari Bupati Kuningan, Dr. H. Dian Rachmat Yanuar, M.Si. Dalam pidatonya yang menginspirasi, Bupati Dian dengan tegas menyatakan bahwa pertanian adalah denyut nadi peradaban. Ungkapan ini menjadi penekanan kuat akan esensi sektor pertanian sebagai fondasi kehidupan suatu bangsa.

“Dan Penyuluh adalah nadinya semangat petani!” ujar Bupati Dian, disambut tepuk tangan meriah dari seluruh peserta. Pernyataan ini bukan sekadar retorika, melainkan pengakuan tulus atas dedikasi para penyuluh yang tak kenal lelah membimbing dan memotivasi petani. Ia melanjutkan dengan lantang, “Petani dan penyuluh adalah pahlawan ketahanan pangan!”

Kalimat ini membangkitkan kebanggaan dan semangat juang bagi mereka yang berkecimpung di sektor pertanian, menegaskan peran strategis mereka dalam menjaga ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bupati Dian menjelaskan bahwa Inpres No. 3 Tahun 2025 ini lebih dari sekadar regulasi administratif. “Inpres ini bukan sekadar regulasi administratif, tetapi merupakan ikhtiar strategis pemerintah pusat dalam memperkuat peran penyuluh sebagai garda depan pembangunan pertanian,” tuturnya. Ini adalah langkah konkret pemerintah untuk mengoptimalkan potensi penyuluh, memberikan dukungan yang lebih besar, dan memastikan mereka memiliki kapasitas yang memadai untuk menghadapi tantangan pertanian modern.

“Penyuluh adalah jembatan antara pengetahuan dan lahan, antara teknologi dan sawah. Di tangan para penyuluh, benih inovasi tumbuh menjadi lumbung kemakmuran,” jelas Bupati Dian, menggambarkan betapa krusialnya peran penyuluh dalam mentransformasi sektor pertanian. Mereka adalah agen perubahan yang membawa pengetahuan ilmiah dan teknologi terbaru langsung ke tangan petani, mengubah praktik tradisional menjadi lebih efisien dan produktif.

Namun, Bupati Dian juga tidak menampik tantangan yang masih dihadapi di lapangan. “Namun kita menyadari, tantangan di lapangan masih nyata. Di Kabupaten Kuningan, terdapat 244 penyuluh — 166 ASN, 13 PPK, dan 65 THL provinsi. Sebagian besar masih membina lebih dari satu desa. Ini belum ideal,” papar Bupati Dian dengan jujur, menguraikan kondisi riil para penyuluh di wilayahnya. Kondisi ini menunjukkan perlunya peningkatan jumlah dan distribusi penyuluh agar setiap desa dapat terlayani secara optimal.

Oleh karena itu, Bupati Dian berharap penuh dukungan dari pemerintah pusat. “Karenanya, Bupati Dian berharap dukungan dari pemerintah pusat, agar kebijakan kepegawaian benar-benar memperkuat kapasitas penyuluhan, bukan sekadar memindahkan kewenangan administratif,” tegasnya. Dukungan ini diharapkan dapat mewujud dalam kebijakan yang lebih pro-penyuluh, termasuk penambahan formasi dan peningkatan kesejahteraan, sehingga mereka dapat bekerja dengan maksimal tanpa terbebani oleh isu administratif.

Kuningan Lumbung Beras Nasional dan Program Strategis untuk Ketahanan Pangan

Pada kesempatan yang sama, Bupati Dian dengan bangga memaparkan capaian membanggakan Kabupaten Kuningan dalam produksi beras. Ia mengungkapkan bahwa Kuningan memiliki luas baku sawah mencapai 26.016 hektare. “Dan pada tahun 2024, para petani menghasilkan 352.511 ton produksi gabah kering giling dengan hasil 225.995 ton beras,” paparnya, menunjukkan produktivitas pertanian yang luar biasa.

Yang lebih membanggakan, produksi ini jauh melampaui kebutuhan lokal. “Kebutuhan kami hanya 132.925 ton, karenanya Kabupaten Kuningan sebagai salah satu daerah yang menyumbang surplus beras 93.070 ton untuk nasional,” ujar Dian dengan nada bangga. Angka surplus yang signifikan ini menjadikan Kuningan sebagai salah satu lumbung beras utama yang berkontribusi besar pada ketahanan pangan nasional, memperkuat posisi Indonesia dalam mencapai swasembada.

Untuk menjaga dan bahkan meningkatkan surplus beras di tahun-tahun mendatang, Bupati Dian menyampaikan bahwa pemerintah daerah telah menggulirkan berbagai program strategis yang inovatif. Program-program ini dirancang untuk mendukung petani dari hulu ke hilir, mulai dari penyediaan benih hingga pengendalian inflasi:

  • BERNAS (Benih untuk Rakyat Meningkatkan Produktivitas): Program ini fokus pada penyediaan benih unggul dan berkualitas bagi petani, bertujuan untuk meningkatkan produktivitas panen secara signifikan.
  • BANG PUPUK (Bantuan Gapoktan untuk Penebusan Pupuk): Program ini membantu kelompok tani (gapoktan) dalam mengakses dan menebus pupuk bersubsidi, memastikan ketersediaan nutrisi yang cukup bagi tanaman.
  • GPM PADARINGAN (Gerakan Pangan Murah untuk Kendalikan Inflasi): Inisiatif ini bertujuan untuk menstabilkan harga pangan dan mengendalikan inflasi melalui pasar murah yang terjangkau bagi masyarakat.
  • TAMAN MASAGI (Tanam di Halaman Mitra Sinergi Jaga Inflasi): Program ini mendorong masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk menanam komoditas pangan, membantu memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan menekan laju inflasi.
  • DESA B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman): Program ini berfokus pada edukasi dan implementasi pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman, demi peningkatan kualitas gizi masyarakat.

Mengakhiri pidatonya, Bupati Dian mengajak seluruh peserta sosialisasi dan masyarakat luas untuk mengubah paradigma tentang profesi pertanian. “Mari ubah stigma lama — bertani bukan sekadar kerja fisik, tapi kerja cerdas, kerja mulia, kerja strategis bagi bangsa,” tutup Dian. Pesan ini menegaskan bahwa pertanian adalah profesi masa depan yang menjanjikan, memerlukan inovasi, kecerdasan, dan dedikasi, serta merupakan kontribusi nyata bagi kemajuan dan kedaulatan pangan bangsa. Dengan semangat ini, diharapkan sektor pertanian Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang, mewujudkan mimpi swasembada pangan yang berkelanjutan.