SandiWartaNews.com – Candi Borobudur, ikon megah warisan budaya dunia, tidak selalu berdiri anggun seperti yang kita kenal hari ini. Pada awal abad ke-19, candi ini nyaris terlupakan, tertutup tanah, semak belukar, dan reruntuhan akibat bencana alam. Sampai akhirnya, pada tahun 1814, saat Pulau Jawa berada di bawah kekuasaan Inggris, Borobudur “ditemukan kembali”.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Adalah Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Jawa, yang menjadi tokoh kunci dalam penemuan ini. Sebagai pecinta budaya dan sejarah, Raffles tertarik dengan kabar tentang adanya monumen kuno di dekat Magelang. Informasi itu ia peroleh dari Tan Jin Sing, seorang bupati Yogyakarta yang juga penasihatnya.

Raffles lantas menugaskan seorang insinyur Belanda bernama H.C. Cornelius untuk menyelidikinya. Cornelius, didampingi mandor dan pemandu lokal, menyusuri hutan dan bukit di wilayah Desa Bumisegoro. Di balik rerimbunan dan timbunan tanah, mereka menemukan struktur batu Borobudur yang menjulang.

Kondisi awal candi sangat memprihatinkan. Tiga tingkat berbentuk lingkaran (Arupadhatu) hampir hancur, stupa utama berlubang, dan banyak batu pengunci hilang atau terlepas. Teras-teras bergelombang akibat gempa, dan batu-batu berserakan di lantai candi. Material vulkanik dari letusan gunung serta debu tebal menutupi relief-relief indah di dinding.

Selama dua bulan, Cornelius memimpin proses pembersihan dengan bantuan sekitar 200 warga desa. Mereka menggali tanah, memotong, dan membakar semak belukar. Namun, penggalian tidak dilakukan secara menyeluruh karena Cornelius khawatir struktur candi akan runtuh jika dipaksa.

Menariknya, meski mendapat laporan rutin dan sangat antusias, Raffles tidak banyak menulis tentang Borobudur. Dalam bukunya yang terkenal, The History of Java (1817), Borobudur hanya disebut sekilas dalam beberapa kalimat.

Namun, apa yang dilakukan Raffles dan Cornelius menjadi momen penting dalam kebangkitan kesadaran dunia terhadap warisan budaya Asia Tenggara. Dari reruntuhan yang hampir hilang, Borobudur kini berdiri kembali sebagai candi Buddha terbesar di dunia, mahakarya Dinasti Syailendra dan simbol kejayaan arsitektur Nusantara.