Editorial | Oleh: Redaksi SadiWartaNews
Dalam proses pembangunan nasional, pemuda desa seharusnya menempati posisi strategis sebagai agen perubahan dan motor penggerak kemajuan. Namun, dalam praktiknya, peran pemuda desa kerap diabaikan dan kurang diakomodasi secara optimal dalam perencanaan pembangunan. Editorial ini bertujuan untuk mengulas pentingnya peran pemuda desa, mengidentifikasi berbagai hambatan struktural yang mereka hadapi, serta menawarkan pendekatan kebijakan yang berorientasi pada pemberdayaan dan partisipasi aktif generasi muda desa.
Pembangunan desa merupakan fondasi utama dalam memperkuat ketahanan nasional secara menyeluruh. Dalam konteks ini, pemuda desa berpotensi menjadi aktor kunci dalam mendukung keberlanjutan pembangunan berbasis lokal. Namun, realitas menunjukkan bahwa peran pemuda desa belum mendapat ruang yang memadai dalam kebijakan pembangunan, baik di tingkat desa maupun nasional.
Alih-alih diberdayakan, mereka justru sering terpinggirkan dalam forum pengambilan keputusan. Hal ini menyebabkan terjadinya kesenjangan antara potensi besar yang mereka miliki dan ruang aktualisasi yang tersedia. Akibatnya, banyak pemuda memilih urbanisasi sebagai jalan keluar dari stagnasi sosial dan ekonomi yang mereka hadapi di kampung halaman.
Permasalahan Struktural
Terdapat sejumlah faktor struktural yang menyebabkan pemuda desa sulit berkembang secara optimal:
- Terbatasnya Akses Pendidikan dan Teknologi – Pemuda desa masih menghadapi keterbatasan dalam memperoleh akses pendidikan berkualitas dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja modern.
- Minimnya Pelibatan dalam Tata Kelola Desa – Kehadiran pemuda dalam forum Musyawarah Desa (Musdes) seringkali hanya bersifat simbolik. Kurangnya regulasi yang mendorong keterlibatan aktif pemuda membuat suara mereka tidak terdengar secara signifikan.
- Ketergantungan pada Program yang Tidak Berkelanjutan – Banyak program pemberdayaan pemuda yang bersifat jangka pendek, tidak terintegrasi dengan potensi lokal, dan tidak berorientasi pada kemandirian.
Urgensi Reorientasi Kebijakan
Pemerintah perlu melakukan reorientasi kebijakan yang menempatkan pemuda desa sebagai subjek, bukan objek pembangunan. Beberapa langkah yang dapat diimplementasikan antara lain:
- Mendorong partisipasi aktif pemuda dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).
- Menyediakan pelatihan keterampilan berbasis potensi lokal seperti pertanian modern, ekonomi kreatif, dan teknologi digital.
- Mengintegrasikan pemuda dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) agar memiliki pengalaman manajerial sekaligus akses ekonomi yang adil.
- Menyediakan insentif dan dukungan modal usaha bagi wirausahawan muda desa.
Pemuda desa bukan sekadar bagian dari struktur demografis, mereka adalah representasi masa depan desa itu sendiri. Mengabaikan mereka sama dengan mengabaikan keberlangsungan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Negara dan masyarakat perlu berhenti memandang pemuda desa sebagai kelompok pinggiran. Sebaliknya, mereka harus diposisikan sebagai mitra strategis dalam setiap proses pembangunan, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi.
Membangun desa berarti membangun pemudanya. Tanpa pemuda desa yang berdaya, desa akan stagnan. Tanpa desa yang kuat, bangsa ini akan rapuh. Oleh karena itu, transformasi paradigma terhadap pemuda desa bukan hanya menjadi kebutuhan, tetapi juga menjadi keharusan moral dan politik bagi seluruh pemangku kepentingan.
Catatan Redaksi: Tulisan ini merupakan bagian dari rubrik Editorial, dan menjadi pandangan redaksi terhadap pentingnya perhatian nyata terhadap peran strategis pemuda desa dalam pembangunan nasional. Redaksi membuka ruang dialog dan kritik yang membangun dari pembaca.